Life Comparison
Amin Ambo and Chester Bennington
Sory…, judulnya sok
keren..wkk..wkk..Cuma mau coba adaptasi sama generasi now. Sederhananya: si
judul akan bercerita soal perbandingan hidup. Maksudnya? Begini. Vokalis grup
Linkin Park, Chester Bennington meninggal dunia pada Juli lalu di Los Angeles.
Ia ditemukan gantung diri di kediamannya. Belakangan diketahui ia buat surat
wasiat.
Intinya ia memang sengaja
bunuh diri. Pertanyaannya mengapa? Kalau kaya ya udah kaya. Terkenal ya udah
terkenal. Belum
lama ini, Linkin Park telah merilis album baru berjudul 'One More Light'. Lagu
ini sempat sukses bertengger di puncak Billboard 200 pada awal tahun 2017. Secara
sosial kehidupan sang bintang itu sukses. pelantun
hits 'Crawling' tersebut dikaruniai enam orang anak dari tiga pasangan berbeda.
Sang bintang bunuh diri di puncak ketenaran tanpa masalah berarti, lalu
mengapa?
Boleh jadi Chester mengalami gangguan
bipolar. Gangguan
bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis
seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena
itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive.
Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub
(bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi)
yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti. Pertanyaannya mengapa suasana
hati bisa berganti tiba-tiba secara ekstrim?
Harusnya
(menurut saya) orang yang alami gangguan bipolar itu misalnya mengalami
penderitaan parah dalam hidupnya. Mungkin bisa dimaklumi. Tapi kalau hidupnya
senang seperti Chester rasanya aneh saja. Bandingkan dengan ini: ada seorang
artis kampung yang sejak lahir buta. Sebut saja namanya ocu Amin Ambo artis
Kampar yang bersuara merdu. Ia menjalani hidupnya dengan ikhlas saja. Artis
yang kemudian juga jadi penceramah ini bukan saja menghibur orang dengan
lagu-lagunya tapi tausiyahnya juga sangat insipiratif.
Saya
pernah sekali menghadiri tausiyahnya. Menyentuh sekali. Nasehat sejenak
kemudian melagu dua jenak. Sambil dengar nasehat plus lagu-lagu ocu. Asyik
juga. Ketika itu Ia mengatakan tidak menyesali takdir dilahirkan dalam keadaan
buta. Dulu.., katanya, saya menyanggupi dilahirkan buta sewaktu di alam ruh.
Namun ketika ruh bertemu dengan badan manusia umumnya lupa dengan segala
perjanjian di alam ruh. “Saya juga lupa, untunglah ulama mengingatkan,” ujarnya
ketika itu.
Sejak
itu, lanjutnya, ia ikhlas jalani hidup. “Mungkin orang berpandangan alangkah
malangnya lahir ke dunia tanpa melihat keindahan dunia,” ujarnya kala itu.
Namun, lanjutnya, dia tidak. “Saya malah bersyukur karena terhindar dari dosa
mata,” ujarnya. Ia menguraikan kajiannya begini: untuk membersihkan jiwa ada
tiga langkah yang harus dilakukan. Pertama, menghindarkan diri dari dosa
perkataan dan pendengaran. Kedua, menghindarkan diri dari dosa penglihatan dan
perbuatan. Ketiga, menghindarkan diri dari dosa batin.
Orang
yang bisu tuli dari lahir, lanjutnya, terhindar dari dosa perkataan dan
pendengaran. Orang yang buta terhindar dari dosa penglihatan yang bisa
menimbulkan perbuatan tidak diridhoi. “Karena kalau bisa melihat sesuatu kata
orang yang bisa melihat bisa timbul angan-angan atau juga pikiran kotor. Ini
pada akhirnya juga bisa jadi dosa batin,” ujarnya. Sampai di situ kemudian
dilanjutkannya dengan dendang lagu ocu.
Mirip-mirip acara nada dan dakwahnya bang haji Rhoma lah. Bedanya lagu-lagu
Ambo Amin waktu itu tak harus terkait tema tausiyahnya.
Chester
dan Amin Ambo dua bintang beda skala. Chester kelas dunia, Ambo Amin lokal
saja. Namun penerimaan mereka atas realitas hidup jelas berbeda. Chester dengan
segala gemerlap duniawinya bertemu banyak kesenangan hidup, bosan dan bunuh
diri. Sedangkan Amin Ambo lahir dalam keadaan buta, ikhlas, bersyukur dan
melihat keindahan lain yang tak tertangkap mata lahir. Ah benar apa yang
dikatakan butiran untaian makna di kitab Al Hikam. Alam tidak akan pernah mampu
memuaskan yang bukan alam dalam diri kita. Apa yang bukan alam dalam diri kita?
Itulah ruh….***
Komentar
Posting Komentar